Friday, April 25, 2008

"kenapa ngambil itu?"

pertanyaan itu gak satu. tapi banyak. termasuk anak hati gw yang lain yang berkerut sengkarut bertanda tanya.
"kenapa ngambil pidana?"
iya. kenapa ya? gw harus berpikir panjaaaaaaaaang banget buat menjawabnya. seinget gw, semasa kuliah dulu gw benciiiiiiiii banget sama ilmu yang harus gw pelajari demi keluar dari krangkeng sekolah formal yang menyebalkan itu. bolos pun menjadi nama tengah gw. saat temen-temen gw lagi mendengarkan dosen ceramah tentang pokok-pokok hukum pidana, perdata, acara, waris, dst dst dst, kalo nggak gw maen ke hutan mipa, ngikut kuliah fakultas sastra sama nata, masuk kelas kedokteran sama maya chicken dan stefani rani, gw juga kadang memilih mendekam dalam kamar kos 3x3 gw itu. "maap pak dosen, saya sedang dapat inspirasi. kalau saya masuk kuliah, nanti bisa menguap idenya. hehehe."
maka dari itu, si sapi, si kebo, terus ipeh, azza, atau anak GSP yang rajin-rajin dan relatif berani menerima titipan absen saya. maap sekali lagi untuk para kawan-kawan yang menanggung dosa gw. hehehe.
saking bencinya gw sama apa yang gw pelajari, gw pun menyisipkan makian widji thukul dalam skripsi gw: semuanya bengkok! juga hukum.
dan sekitar 2 tahun setelah gw resmi jadi SHg (sarjana hukum gombal), gw pun bersumpah (sumpah cabe!) gak mau gw nyentuh nyentuh perihal hukum. gw pun mencari kerja di media. yang pertama kali lolos, adalah jawapos. sekarang, gw masih mbabu di detikcom. di portal politik peristiwa ini, awalnya gw menjadi wartawan srabutan. kaga ada pos-posnya. ada politisi maki-maki lawan politiknya, hayo. ada orang betawi berantem, hayo. ada diskusi intelektual tingkat tinggi, hayo. ada mayat istri ekspatriat Jepang yang terjun dari apartemen, hayo. ada ibrahim gambari di pejambon, hayo. ada ibu memaku kepala anaknya, hayo. makanya setiap ada orang nanya: ngepos di mana? gw paling binun jawabnya.
setelah sekian lama, gw lebih sering ditaruh di acara-acara kesehatan. dan tak sampai 2 bulan, gw dioper ke kejaksaan agung, yang berarti juga memegang pos pengadilan negeri jakarta selatan. di situlah gw memantau segala isu tentang per(tidak)adilan. terutama yang bobrok-bobroknya. di situ juga kebegoan gw kelihatan. banyak bahasa hukum yang gw gak mudheng, tata urutan perundang-undangan aja gw gak inget. parah banget ya. namun lambat laun, karena biasa, karena ketemu wartawan-wartawan hukum yang pinter-pinter meski banyak juga yang bukan dari jurusan hukum itu, karena jadi punya keluarga baru, akhirnya toh ada juga yang membuat gw punya curiousity (halah! keingintahuan maksudnya teh). ngeliat parahnya ancurnya anehnya janggalnya semua gak benernya, justru gw jadi punya jawaban.
sebelumnya, gw sempet membahas sama elis, temen gw yang anak filsafat yang dulu juga di detik. inggried anak kompas.com yang S2 komunikasi di UGM, dan tentu saja sugriwo milik gw itu. hehe. apakah komunikasi? apakah sastra? apakah antropologi?
tiga pilihan itu berat. namun, pada akhirnya, tanpa intervensi represif dari pihak tertentu (termasuk promotor gw^_^)
"gw ngambil itu karena..." panjang lebar gw pun bercerita.

Friday, March 28, 2008

Ini bukan kata gw, ini kata Kate, tokoh yang dimainkan Catherine Zeta-Jones dalam No Reservations. Dalam film yang diadaptasi dari naskah 'Mostly Martha' itu Kate mencari: adakah resep untuk menjalani kehidupan. Yang berarti adakah takaran yang sangat pas untuk setiap menu kehidupan kita supaya tampilannya enak dilihat, rasanya pas, kalau bisa: luezzaatt??

Oalah gusti kang murbeng dumadi, mau menemukan arti apa memang harus sesulit ini. Sangkan paraning dumadi itu ternyata bukan sekadar 'sekadar' ya? Duh...

Tuesday, March 25, 2008

le grand voyage..

memang harus keluar rumah biar bisa banyak belajar (hidup kan tidak melulu senang, bahagia, semua yang maunya kita). memang harus ada perjalanan, apapun risikonya. meski panjang dan sukar.

--duh gustiii, paringi sabar, paringi mbois...

Monday, March 10, 2008

aku ingin sembunyi dalam pelukanmu, aku sedang letih. begitu letih. jika hidup adalah warna yang membuatku ada, kenapa kadang dia punya jalan yang tak bisa diatur dengan kuasku. seketika dia menikung, seketika lempang dan kita tak banyak pilihan.

aku boleh letih kan? sesekali saja. nanti aku bangun lagi. nanti aku akan membuat kopi untuk kita berdua dan masa bodoh dengan tukak lambungku. namun saat ini, aku ingin segelas susu yang hangat, dan selagi aku menyandar padamu, aku ingin kau bacakan sebuah cerita. apa saja. asal aku bisa tetap bermimpi...

cuti 10 maret 2008

dyta

cuti hari ini, pas bongkar-bongkar laci, saya nemu cd album indie-nya maen (yang sekarang dah ganti nama jadi ‘djawa’). waktu itu, personelnya masih edit, aix, dimas, kiki, dan dodit.

waktu itu, edit yang sekarang jadi legal staff di krakatau steel masih kibordis (dan si sapi masih pacarnya, hehe), trus vokalisnya juga masih dimas. kalau gitarisnya si aix, aix ini sepupunya mey chan pasangannya maia estianty. basisnya dodit, drummernya kiki (ceweknya kiki cakep ya, manis, pake jilbab, namanya syahnaz tapi dipanggil othe --lho kok jadi ngomongin cewe orang?). manajer mereka si rendra yang rambutnya waktu itu blondie kuning kayak dadar jagung dan lucky yang sekarang jadi wartawan jawapos.

yang sekarang didenger di headset saya dari cd bertajuk ’07:17’ ini adalah dyta. lagu tentang cowok yang jatuh cinta termehek-mehek sama seorang cewek namanya dyta. sayangnya cewe ini cuma bayang-bayang aja (susah boo ngedapetinnya).

lirik lagu ini kisah nyata salah seorang personel maen, yang juga temen saya si raden editya hernugraha itu. lagu ini tentu bikin saya geli sendiri, narsis tralala booo. ada suara sendiri soalnya. hihihi. jadi, di lagu ini si edit minta diselipin puisi gitu. istilahnya, fairy. jadilah puisi balgombal saya bikin, diterjemahin bahasa prancis dengan ejaan yang disempurnakan oleh jaluw, trus dibacain oleh... saya sendiri. hohoho.

alhasil masuklah saya ke studio rekaman di kawasan jl sarangan itu, sebagai fairy, katanya. hahaha. gak pede sih, tapi pas didenger-denger, ternyata suara saya lumayan juga ya setelah dikasih efek-efek gitu hahahaha (cuih! narsis kok permanen).

gara-gara lagu ini saya jadi malu-maluin pas launching album di gama. habis saya kan bukan orang panggung, eh ditarik-tarik sama dimas supaya nongol, kan malu-maluin.

waktu jaman maen masih lengkap itu, saya, sapi dan kebo jadi suporter mereka deh. secara sapi juga waktu itu masih cewenya edit. jadi groupies yah? huahahaha. pokoknya seru. selain itu, maen juga bantuin saya pas musikalisasi puisi buat peringatan bencana tsunami yang diadain mahasiswa aceh di malang. waktu itu, aix yang main gitar ngiringin saya berpuisi. latihannya berhari-hari boo. he’s perfectly talented guitarist. semoga nanti bisa kerja bareng lagi..

denger lagu ini bikin saya nyengir-nyengir gitu deh. lucu juga jaman nom-noman dulu. kayaknya bulan depan harus cuti ke malang deh. semoga pas ada yang kawinan, biar ada alasan. hehehe.

Saturday, March 8, 2008

seorang kawan bercerita padaku, tentang manusia yang bertaut hati di suatu masa yang bukan sekadar serabut benang angka. namun telah dipintal sebagai jalannya kehidupan, yang berbulat-bulat putaran, mengulak-alik dan membuatnya bermandi definisi. meski demikian, sekujur cerita, biarkan hanya tuhan dan pelakonnya yang tahu. hanya mereka. begitu lebih indah.

.

2003

kata lelaki itu terbata, “sampeyan nggak sadar toh kalau aku sayang sama sampeyan?”. sang perempuan takjub. namun dia tahu lelaki itu memiliki langitnya sendiri; mereka tak akan pernah bisa berada dalam naungan yang sama. dalam ketakutan, keduanya meninggalkan segalanya tanpa jawab. sang perempuan juga pergi ketakutan. takut yang lama, bahwa candu itu justru bisa menyakitinya suatu hari nanti. memiliki, rasa yang lumrah saat tautan mulai terucap dengan bahasa kata dan laku.

tak perlu lama untuk membuktikan ketakutan itu terjadi tepat seperti yang diduga. selanjutnya, ada fase amarah, benci, dendam, rindu, segala ngilu, sesak, lowong yang jemput menjemput.

hujan tampaknya baru reda lima tahun setelahnya. lelaki itu, perempuan itu menyadari tak ada yang salah dengan masa lalu. mereka bisa berjabat tangan, saling mengumbar kimia dalam pikiran mereka yang bersahabat.

rasa itu ada di masa silam, dan tetaplah ada di sana.

di sana adanya.

.

2008

perempuan itu bersua seorang lelaki yang berbeda yang mengaku mencintainya. namun perempuan itu belum lagi berkata. atau dia mungkin menyiapkan kata, aku sayang padamu, teman. dia bukan seseorang yang bisa menyimpulkan ketetapan hati dalam waktu singkat. dia tak mau ditipu bungah yang sesaat. sayangnya, waktu sulit menengahi. dan dia terpaksa tak akan pernah mengatakannya..

**

setelah hujan mereda, perempuan itu mencoba mencari apa yang terbaca. dia mengingat satu di antaranya, segantung kalimat yang pernah diwejangkan padanya di hari yang lewat: kenapa kau sembunyi di hatiku? ayo keluarlah kita cari kemungkinan yang ada.

sang hawa tersenyum pahit, mungkin menahan sakit. demi waktu, kenapa kali ini kita harus bertukar peran, adam??

Wednesday, March 5, 2008

dibajak?

.
"ini dengan rafiqa?"

tepat pukul 8 malam saat seorang lelaki bernama toni, mengaku sebagai pencari bakat, memberi penawaran cukup menggiurkan saya. bukan soal nilai rupiahnya, tapi pekerjaannya. pewarta yang fokus sebagai pewarta. tanpa harus pontang-panting mengambil potret dan video seperti yang kerap saya alami selama ini.

saya menyukai fotografi (poket), saya juga terpikat dengan sinematografi. tapi saya lebih mencintai dunia aksara.

"mas toni dapat nomor saya dari siapa?"

"kalau cuma nomor kamu kan bukan hal susah. saya tahu profil kamu, saya baca tulisan-tulisanmu, saya tahu kamu anak siapa, saya tahu aktivitas kamu semasa kuliah, saya juga tahu kamu cuek makan bekal di pinggir jalan raya sewaktu liputan demo di kedubes arab..."

(thanks for the compliments. huahahaha). well then let me think it over...

1 minute

5 minutes

90 minutes


i said: i've contemplated n decided, for this moment, i'll go with what i've done. a very difficult option, but to stay in detik is a better option now. my best regard for our friends, there^_^

toni said: okay. thank you ya, inform me when you change your decision and mind hehe

****

karl marx said:
if (s)he works only for him(her)self, (s)he may perhaps become a famous (wo)man of learning, a great sage, an excellent poet, but (s)he can never be a perfect, truly great (wo)man